PERTEMUAN PERTAMA DAN
TERAKHIR PART 2#
Aku berangkat sekolah seperti biasa,
ketika aku masuk kelas aku mendapatkan cacian dan ejekan. Sepertinya itu akan
terus berkelanjutan sampai aku hilang dari sekolah ini. Ibu guru masuk, ada
seorang anak laki-laki yang mengikuti beliau di belakangnya. Sepertinya dia
anak baru, rupanya tidak terlalu tampan, dia memiliki tompel besar dipipinya. Sepertinya
dia akan bernasib sama denganku. Ibu guru menyuruhnya duduk di sebelahku,
kebetulan aku memang duduk sendirian. Kami berkenalan, ternyata dia sopan
sekali tidak seperti teman-teman lainnya. Namanya adalah Gilang.
Semakin hari kami semakin dekat dan
menjadi sahabat. Gilang pindahan dari Jakarta yang sekarang tinggal di Bandung
bersama ayahnya. Rumahnya tidak jauh dari rumahku, ketika ada tugas kami sering
mengerjakan bersama-sama. Di sekolah, kami menjadi trending topik untuk di
jadikan ejekan dan cacian. Kami sudah mulai bosan dengan kata-kata mereka, kami
sudah mulai marah. Semenjak kami merasa sangat marah, kami bertekad untuk
merubah penampilan kami. Pekerjaanku hanya seorang pedagang kaki lima sekarang,
aku di pecat dari temapt loundryku karena kesalahan fatalku.
Setiap pulang sekolah aku dan Gilang
memperbincangkan penampilan kami. kami saling sharing dan berkomentar. Kurang
lebih satu minggu kami berusaha merubah penampilan kami, dan hari ini kami
benar-benar merubah penampilan kami. Kakek nenekku sangat tercengang dengan
penampilan kami. Kata mereka kami seperti pasangan artis yang sangat serasi.
Kami tidak tahu apakah komentar mereka akan sama dengan komentar teman-teman
nanti. Kami berharap komentar teman-teman sama dengan komentar kakek nenekku,
karena aku tahu komentar kakek nenekku selalu tepat.
Hari senin adalah hari yang paling
aku benci, karena aku tahu mereka sudah mempersiapkan jebakan untukku dan
Gilang. Sesampainya disekolah, mereka tidak menyambutku dengan ejekan dan
cacian lagi tetapi mereka malah bertanya “kalian pindahan dari mana? Sepertinya
aku baru lihat kalian”. Aku bingung ketika mereka bertanya seperti itu, aku dan
Gilang mengatakan yang sebenarnya bahwa kami adalah orang yang selama ini
mereka caci maki. Mereka terkejut bukan kepalang. Semenjak kejadian itu, mereka
sudah tidak mengasingkan kami lagi, bahkan kami diizinkan untuk mengikuti
grup-grup mereka.
Sekarang aku bukan Dinda yang buruk
rupa, dan Gilang bukan lagi Gilang yang punya tompel di pipinya. Aku sudah
menjadi bintang kelas di sekolahku. Aku menjadi ketua osis, mayoret drum band,
dan masih banyak lagi. berbeda dengan Gilang, setiap hari dia bagaikan artis
yang di kejar-kejar fans fanatiknya. Gilang sudah menjadi bintang populer di
sekolah sama halnya denganku. Kami seperti orang-orang yang sangat beruntung
ada di sekolah ini, kami bisa mengangkat nama sekolah ke dunia internasional.
Banyak pengalaman yang kami dapatkan, bahkan kami sudah bertemu dengan presiden
SBY.
0 komentar:
Posting Komentar