/* Start Menu Vertikal*/ *{ list-style:none; margin:0px; padding:0px; } #menu4 { width: 200px; border-style: solid solid none solid; border-color: #D76100; border-size: 0px; border-width: 0px; } #menu4 li a { height: 32px; voice-family: "\"}\""; voice-family: inherit; height: 24px; text-decoration: none; } #menu4 li a:link, #menu4 li a:visited { color: #9E3C02; display: block; background: url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhxDpz4XO5YnjOpnLwqzXrUrTVqCCkSan9TX93Nnz-RWbgLCcuEgJBVk0LcfUMOkCfNtSm0o7lrmwHgFak5eAx_-S5iU8FkzstPnnLZrj-q4xHPUXjUpvWmqiwqL1wYLv7kmspRXi51U4/s1600/menu4.gif); padding: 8px 0px 0px 30px; } #menu4 li a:hover { color: #fff; background: url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhxDpz4XO5YnjOpnLwqzXrUrTVqCCkSan9TX93Nnz-RWbgLCcuEgJBVk0LcfUMOkCfNtSm0o7lrmwHgFak5eAx_-S5iU8FkzstPnnLZrj-q4xHPUXjUpvWmqiwqL1wYLv7kmspRXi51U4/s1600/menu4.gif) 0 -32px; padding: 8px 0 0 30px; } #menu4 li a:active { color: #fff; background: url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhxDpz4XO5YnjOpnLwqzXrUrTVqCCkSan9TX93Nnz-RWbgLCcuEgJBVk0LcfUMOkCfNtSm0o7lrmwHgFak5eAx_-S5iU8FkzstPnnLZrj-q4xHPUXjUpvWmqiwqL1wYLv7kmspRXi51U4/s1600/menu4.gif) 0 -64px; padding: 8px 0 0 30px; } /* End Menu Vertikal*/
/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too713.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too713.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

CERBUNG : MUA’DZIN SUBUH HARI SENIN

Diposting oleh Unknown


 
MUA’DZIN SUBUH HARI SENIN
 
Sore hari dipondok pesantren putri. Aku dengan kanan tangan kananku menggenggam seikat sapu lidi , berjalan kaku melewati gang pesantren . walaupun rutinitas ini telah kujalani hamper satu tahun , namun nervous menyerangku setiap kali memasuki “ tanah terlarang “ asrama putri.  Bagaimana tidak? Disinilah taman surga tempat bidadari dunia bersemayam . didalamnya , aku seperti seekor itik yang sangat menyedihkan yang tersesat diantara angsa-angsa yang sangat jelita.

Tapi yang lebih mengenaskan, sahabatku Ali yang tertatih-tatih mendorong gerobak sampah di belakangku. Agaknya status cleaning service telah menghancur leburkan rasa percaya dirinya. Akhir-akhir ini kuamati dia selalu gugup. Wajahnya pias tak karuan padahal sudah dua tahun lebih Ali menjadi petugas kebersihan di pondok putri. Dan jika ku gambarkan, Ali serupa itik yang dimasukkan ke kandang singa betina, ia pasrah tanpa perlawanan, pucat pasi serupa orang terserang diare , panas dingin , mati kutu.

“ kawan , apakah kau sakit perut karena kebanyakan makan mangga muda “ aku menggodanya . Ali dingin tidak menanggapi . ia sibuk mengangkat kotak sampah dan menuangkannya kedalam gerobak . namun , inti dari segala masalah adalah ketika aku berada tepat didepan kantin . disinilah letak puncak gelisah . aku dikepung rasa cemas memikirkan sahabat ku Ali . baginya , disinilah letak gravitasi terkuat sebuah ujian . terkadang tak sampai hati melihat sahabatku ini . 

Sudah ku pinta puluhan kali untuk menggantikan pekerjaannya , tapi ia selalu menolak . secara anatomi , Ali mempunyai cacat yang mengharuskan dirinya berjalan terpincang-pincang , dengan struktur tubuhnya yang sedemikian itu , membuatnya selalu tertekan pada ritual pengambilan sampah dikantin . rasa minder tidak dapat ditutuptutupi dari wajah tulusnya . hanya keikhlasan hati yang membuatnya bertahan. Kelembutan jiwanya seumpama balutan sutra hijau dari negeri cina . 

“ Hei …..! Ssstth….Sstt….. Ssstt……. Hei….., Ali !” Ali tertatih –tatih mendekati suara dibalik kaca riben .” bagaimana Ali? Apa  salamku sudah kamu sampaikan pada sang mua’dzin subuh hari senin?Ali berdiri miring  menatap bayangannya yang tergambar pada kaca . setiap hari , pada jam yang sama dan tempat yang sama pula , suara perempuan selalu menantinya dari slop-slop kacanako dari dekat daku . ntah siapa ya?. Yang ia tahu hanya saja pemilik suara misterius itu menitipkan salam untuk sang mua’dzin subuh hari senin.

0 komentar:

Posting Komentar