MUA’DZIN SUBUH HARI
SENIN
Sore hari dipondok pesantren putri.
Aku dengan kanan tangan kananku menggenggam seikat sapu lidi , berjalan kaku
melewati gang pesantren . walaupun rutinitas ini telah kujalani hamper satu
tahun , namun nervous menyerangku setiap kali memasuki “ tanah terlarang “
asrama putri. Bagaimana tidak? Disinilah
taman surga tempat bidadari dunia bersemayam . didalamnya , aku seperti seekor
itik yang sangat menyedihkan yang tersesat diantara angsa-angsa yang sangat
jelita.
Tapi yang lebih mengenaskan,
sahabatku Ali yang tertatih-tatih mendorong gerobak sampah di belakangku. Agaknya
status cleaning service telah menghancur leburkan rasa percaya dirinya. Akhir-akhir
ini kuamati dia selalu gugup. Wajahnya pias tak karuan padahal sudah dua tahun
lebih Ali menjadi petugas kebersihan di pondok putri. Dan jika ku gambarkan,
Ali serupa itik yang dimasukkan ke kandang singa betina, ia pasrah tanpa
perlawanan, pucat pasi serupa orang terserang diare , panas dingin , mati kutu.
“ kawan , apakah kau sakit perut
karena kebanyakan makan mangga muda “ aku menggodanya . Ali dingin tidak
menanggapi . ia sibuk mengangkat kotak sampah dan menuangkannya kedalam gerobak
. namun , inti dari segala masalah adalah ketika aku berada tepat didepan
kantin . disinilah letak puncak gelisah . aku dikepung rasa cemas memikirkan
sahabat ku Ali . baginya , disinilah letak gravitasi terkuat sebuah ujian .
terkadang tak sampai hati melihat sahabatku ini .
Sudah ku pinta puluhan kali untuk
menggantikan pekerjaannya , tapi ia selalu menolak . secara anatomi , Ali
mempunyai cacat yang mengharuskan dirinya berjalan terpincang-pincang , dengan
struktur tubuhnya yang sedemikian itu , membuatnya selalu tertekan pada ritual
pengambilan sampah dikantin . rasa minder tidak dapat ditutuptutupi dari wajah
tulusnya . hanya keikhlasan hati yang membuatnya bertahan. Kelembutan jiwanya
seumpama balutan sutra hijau dari negeri cina .
“ Hei …..! Ssstth….Sstt….. Ssstt…….
Hei….., Ali !” Ali tertatih –tatih mendekati suara dibalik kaca riben .”
bagaimana Ali? Apa salamku sudah kamu
sampaikan pada sang mua’dzin subuh hari senin?Ali berdiri miring menatap bayangannya yang tergambar pada kaca
. setiap hari , pada jam yang sama dan tempat yang sama pula , suara perempuan
selalu menantinya dari slop-slop kacanako dari dekat daku . ntah siapa ya?. Yang
ia tahu hanya saja pemilik suara misterius itu menitipkan salam untuk sang mua’dzin
subuh hari senin.
0 komentar:
Posting Komentar