PERTEMUAN
PERTAMA DAN TERAKHIR PART 4#
Sesampai di sekolah, kami mendapatkan berita bahwa
kendaraan yang dibawa Gilang mengalami kecelakaan. Betapa terkejutnya aku.
Dengan segera aku menyusul ke rumah sakit, tapi Gilang tetap tak sadarkan diri.
Gilang koma. Aku selalu setia menunggunya. Aku masih menggunakan pakaian yang
aku kenakan di perlombaan “Abang-None”. Tepat pukul 19.00 Gilang menghembuskan
nafas terakhirnya. Aku belum sempat bertemu dengannya. Aku belum sempat
berbicara dengannya. Semua keluarganya menangis histeris sama halnya denganku.
Baru pertama kali aku menangis se
histeris ini. Aku sangat merasa kehilangan sosok Gilang. Tidak ada yang bisa
menggantikan Gilang yang selama ini mewarnai hari-hariku. Sosok perhatian,
kesabaran, keceriaan, humoris, logis, dan kesetiaannya sulit aku temui. Baru
kali ini aku menemukan seseorang memiliki sikap seperti Gilang. Sulit untukku
menerima kenyataan ini. Baru saja aku bertemu dengan seseorang yang memang
sangat aku butuhkan, sekarang aku harus kehilangan orang tersebut. Gilang, aku
benar-benar tidak bisa menerima kepergianmu.
Aku mengantarkan jenazah Gilang ke
pemakaman. Sebenarnya aku tidak sanggup melihat semua ini. “Aku mencintaimu
Din” hanya kata itu yang selalu aku ingat. Kalimat itu adalah kalimat terakhir
dan pertemuan terakhirku dengan Gilang. Di pemakamanpun, aku dan keluarga
Gilang masih saja bercucuran air mata. Proses pemakaman terus berlangsung,
setelah itu semua orang dan keluarga kembali ke rumah mereka masing-masing.
Hanya diriku masih berada di makam Gilang. Aku masih saja meneteskan air mata.
“Gilang kenapa kamu meninggalkan aku
ketika aku merasa bahagia berada di dekatmu ? apa kamu tidak menyadari itu? Aku
masih ingin bersamamu, aku benar-benar mencintaimu. Apakah ini caramu
meninggalkan bekas pertemuan pertama dan terakhirmu? Sungguh sulit menerima
perpisahan ini Gilang. Pertemuan kita begitu indah, dan kalimat I LOVE YOU
menjadi perpisahan terakhir kita. Gilang...!” tangisku dalam kesepian,
kini aku harus menerima perpisahan ini.
Aku harus kembali ke rumah membawa hadiahku untuk pindah ke rumah yang lebih
layak kepada kakek nenekku.
Kini aku tidak menjadi orang yang di
asingkan lagi di sekolah. Aku mempunyai Grup di sekolah. Aku sudah menjadi
murid seperti yang aku inginkan. Aku sudah bisa melupakan Gilang dan aku bisa mendapatkan
sesuatu yang layak untuk kakek dan nenekku. Rumah, kamar, kolam berenang, dan
lainnya sudah aku dapatkan. Kini aku harus bersyukur atas karunia tuhan yang
telah memberi karunianya kepadaku. Aku sudah bisa belajar dengan baik, aku
sudah tidak bekerja lagi, dan aku bisa menikmati hidupku layaknya anak SMA. Ini
semua berkat Gilang yang membantu aku merubah semua ini. Terimakasih Gilang.
TAMAT.
0 komentar:
Posting Komentar